Iya... kita harus berani belajar, belajar melepaskan walaupun tidak untuk melupakan karena berperasaan sendiri itu rumit dan akhirnya menjadi sakit.
Jumat, 27 Juni 2014
Kamis, 26 Juni 2014
Kotak hati
Terlalu lancang aku menyebut ini pagi tapi terlalu larut jika ku katakan ini masih malam.
Entahlah aku tak mau begitu meributkan waktu yang terus mengejar langkahku.
Kini aku resah, dalam bungkusan kotak hatiku, jelas aku ingin sekali merobek plastik penutup nya biar aku gampang buang isinya yang seperti dia lakukan kini.
Ijinkan aku meronta pasrah atas keluhku yang sudah berlinang.
Tuhan.... cabut saja nyawa rinduku, pecahkan urat nadi sayangku yang kini rusak tak terawat dalam kotak hatiku meski masih ditutupi plastik cintanya.
Kotak hati itu dulu masih miliknya, sekitar seminggu-an yang lalu. sudah lewat 500 hari ia banggakan kotak hati berbungkus plastik. Dia gendong, dia simpan dengan kasih sayangnya. Iya tapi itu dulu.
Kotak hati berplastik ini sudah kerap meronta kesakitan karena plastiknya harus diperbaiki akibat tercoreng luka keegoisan, kemarahan, kecemburu-butaan. ahh terlalu banyak luka untuk kusebutkan.
Biarpun begitu, tenanglah! isi kotak itu masih tetap utuh terjaga, tetap tenang bertahan bersama namamu.
Sampai kini, luka itu datang mengoyak bungkus plastik. kata santun mu pelan pelan mengatakan kau tak memerlukan kotak hati ini lagi, mungkin luarnya sudah tak sebagus dulu. kemungkinan besar itu. tapi aku, yang masih terperangkap dalam isi kotak hati itu kini tertatih untuk keluar membuka pintu kotak dan menyobek habis lem-leman pembungkus yang letih diperbaiki itu.
Perlu waktu, aku perlu waktu juga bantuan tanganmu.
tolong aku, jika kau benar ingin melepaskan kotak hati itu, lepaskan lah pelan-pelan tapi bukan untuk kau lupakan namun jika kau masih sayang sama kotak hati itu, ganti saja bungkusannya biar keadaan merubah tapi kita tetap bersama.
aku, sekarang aku mencoba tenang menunggu kau membawa akhir letak kotak hati itu, harapku bawalah ia kemana hati kan menyatu.
- galinawy
Jumat, 20 Juni 2014
MAKNAI
Hargai segala yang anda miliki, dan anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda fokus pada apa yang tidak anda miliki, anda tidak akan pernah merasa cukup dalam hal apapun. - Oprah Winfrey
Seketika detak jarum jam berhenti saat mulut komat-kamit membaca sekelumit huruf diatas itu. Tak cukup sekali lintas aku membacanya kembali ku ulangi dnegan nada pelan supaya bisa lebih dipahami. Yahhhhhh aku mengerti....
Setahun ini, tulisan di lembaran otakku hanya menetap di halaman itu-itu saja bahkan sering ku buka halaman lalu-lalu yang telah tercoret tinta warna-warni. Entah apa yang membuatku malas untuk menulis di halaman baru bahkan lembaran baru. Padahal banyak memorabilia yang bisa ku tulis tapi aku malas untuk mengayunkan jemari ku di atas kertas itu. Malasku memang beralasan tapi seharusnya aku menyadari sejak dulu, karena malas itu bukan lah alasan bagi pemimpi mulia.
Jalan tak selalu lurus begitupun harapan yang tak selalu mulus. Aku pernah menulis, aku menanyakan arti harapan dan mimpi kepada kalian semua, kalian yang hidup dalam darah mimpi dan nadi harapan. Aku pernah menulis, aku meronta bising mendengar setiap hari ada harapan yang mendahului. Aku pernah menulis, aku meraung mengecam manis harapan masa depan. Setahun kuhabiskan dengan sia-sia. Mengeluh pada pilihan yang sudah kujalani, meratapi harapan yang tak bisa kumiliki.
Sudah. Cukup.
Walaupun aku sekarang sedang menunggu untuk mencoba meraih harapan ku kembali tapi kini tak ku gantungkan semua impianku lagi, Allah akan nunjukkan jalanku nanti. Apapun dan Siapapun nanti aku. Aku tetap pemimpi mulia akan saat indahnya. Semua yang kita harapkan takkan menjadi semua yang kita butuhkan, bersyukur atas yang sudah dimiliki lebih baik. Genggamlah kata-kataku Tuhan, Aku menunggu rencana indahmu sambil selalu belajar menjadi manusia yang lebih baik.
Galinawy.
Seketika detak jarum jam berhenti saat mulut komat-kamit membaca sekelumit huruf diatas itu. Tak cukup sekali lintas aku membacanya kembali ku ulangi dnegan nada pelan supaya bisa lebih dipahami. Yahhhhhh aku mengerti....
Setahun ini, tulisan di lembaran otakku hanya menetap di halaman itu-itu saja bahkan sering ku buka halaman lalu-lalu yang telah tercoret tinta warna-warni. Entah apa yang membuatku malas untuk menulis di halaman baru bahkan lembaran baru. Padahal banyak memorabilia yang bisa ku tulis tapi aku malas untuk mengayunkan jemari ku di atas kertas itu. Malasku memang beralasan tapi seharusnya aku menyadari sejak dulu, karena malas itu bukan lah alasan bagi pemimpi mulia.
Jalan tak selalu lurus begitupun harapan yang tak selalu mulus. Aku pernah menulis, aku menanyakan arti harapan dan mimpi kepada kalian semua, kalian yang hidup dalam darah mimpi dan nadi harapan. Aku pernah menulis, aku meronta bising mendengar setiap hari ada harapan yang mendahului. Aku pernah menulis, aku meraung mengecam manis harapan masa depan. Setahun kuhabiskan dengan sia-sia. Mengeluh pada pilihan yang sudah kujalani, meratapi harapan yang tak bisa kumiliki.
Sudah. Cukup.
Walaupun aku sekarang sedang menunggu untuk mencoba meraih harapan ku kembali tapi kini tak ku gantungkan semua impianku lagi, Allah akan nunjukkan jalanku nanti. Apapun dan Siapapun nanti aku. Aku tetap pemimpi mulia akan saat indahnya. Semua yang kita harapkan takkan menjadi semua yang kita butuhkan, bersyukur atas yang sudah dimiliki lebih baik. Genggamlah kata-kataku Tuhan, Aku menunggu rencana indahmu sambil selalu belajar menjadi manusia yang lebih baik.
Galinawy.
Kamis, 05 Juni 2014
Tinggal kini
Harga diri
Harga hati
Harga kini
Tak berharga
Tak berhati
Tak berdiri
Tangis diri
Tangis hati
Tangis kini
Tak berarti
Tak berhati
Tak berdiri
Kini tinggal hanya tinggal kini
- Galinawy
- Galinawy
Smile
Your smile... myrose...
Its your smile I amaze
The flower dancing happily
When they see your smile
Look... the bird is singing
I wonder why?
Ohh... I see
They are amaze by your smile
But sometimes...
The could was so dark
When they re seeing your smile
Whats going on?
Ohh... I get it
Something hidden behind your smile
I can see a secret
.... Its a lie behind your smile...
Langganan:
Komentar (Atom)