Aku terdiam saat pikiran terhenti dengan bola mata tercorong pada hasil pengumuman kelulusan atas penerimaan mahasiswa baru dari universitas impianku, pelan-pelan kursor ku jalankan, setiap nama yang terpampang tentu ku harap ada namaku namun hingga akhir halaman, namaku tak kunjung tertera, aku senyum, aku tau, aku kini gagal lagi.
Iyahh kini aku gagal lagi, aku gagal untuk meraih mimpiku yang kubangun dan kini harus ku kubur dalam peti. Hmm :)
Tulisanku sebelum ini memang benar, aku harus memaknai dari setiap huruf yang membentuk kata sampai kalimat dalam hidupku.
Kalimat tentang aku tau aku gagal tapi kini aku tak mau sedih meratapi. Kalimat penguat hati yang ku maknai bahwa sudah semestinya aku menulis, merangkai kata menjadi kalimat dengan tinta warna warni di halaman baru buku hidupku.
Cukup. Aku sudah lelah diam membusuk di halaman penuh tinta kelabu, diam meratapi dan selalu bergantung pada lembaran lalu. Aku ingin kembali mencoret dan mewarnai halaman dan lembaran berikutnya, ini saatnyaa. Iya ini sudah saatnya.
Tuhan mungkin tak mengijinkan ku untuk menggambar tentang aku sedang menari diatas pelangi cita-citaku di sebuah halaman buku hidupku, tapi aku tau ia sudah menggoreskan pasir putih yang bahagia dilihat saat air laut mengahampiri dan teman setia menunggu indahnya senja berlari.
Lanjut. Aku harus lanjut dan kencang berjalan di tepian pantai lembar hidupku, walaupun aku belum tau akan berujung kemana tapi aku yakin disetiap langkah tapakku itulah kebahagianku bila aku ikhlas mengayunkan kaki ini. Semangati aku, Tuhan atas jalan yang kuyakini bahagiaku dan kedua orang tua ku.
Terimakasih untuk sebuah cita-cita yang tak bisa ku gapai karena aku tau menari di atas pelangi takkan pernah jadi.
- Galinawy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar